Kotbah Jumatan Menjaga Lisan Dan Hati

portalgo | 17 May 2025, 04:39 am | 13 views

 

Oleh: Muhammad D. Mone Al Mughni.SHi.M.Pd.Gr 

Dimesjid Raden Billal Desa Ate Dallo kec.Kodi Kab.Sumba Barat Daya -Ntt dekat lapangan Pasola Rara winyo

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أَمَّا بَعْدُ

فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

Pertama saya berpesan untuk diri saya pribadi dan untuk para jamaah sekalian agar selalu bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena taqwa adalah sebaik-baik bekal menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ

“Berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah taqwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

Kedua, kita harus selalu bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebanyak-banyak memuji-Nya, dan atas segala nikmat dan karunia-Nya, kita bisa menjalankan ibadah Jumat pada siang hari ini. Karena puncak nikmat hidup di dunia adalah selalu diberikan hidayah untuk selalu sujud kepada-Nya.

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Jika kamu bersyukur, maka Aku akan tambah nikmat-nikmat-Ku untuk kamu.” (QS. Ibrahim[14]: 7).

Jamaah shalat Jumat rahimakumullâh,

Lisan merupakan salah satu nikmat Allah swt yang amat besar diberikan kepada manusia, dan juga salah satu ciptaan Allah yang menakjubkan. Karena melalui lisanlah ilmu Allah tersebar diseluruh muka bumi. Akan tetapi dari lisan manusia bisa menjadi beriman, dan dari lisan pula manusia bisa menjadi kufur.

Lisan adalah salah satu anggota tubuh yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Ia memiliki peran yang signifikan dalam berkomunikasi, menyampaikan pikiran, dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, lisan juga bisa menjadi sumber masalah jika tidak dijaga dengan baik. Dalam Islam, menjaga lisan adalah salah satu cara untuk memperbaiki hati. Sebagaimana pepatah mengatakan, “Jika engkau menginginkan hatimu menjadi lebih baik, maka minta tolonglah kepada Allah untuk menjaga lisanmu.”

  Jamaah shalat Jumat rahimakumullâh,

Bertutur kata yang baik atau menjaga lisan merupakan suatu kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang muslim, selain menjadi kewajiban, menjaga lisan merupakan tanggung jawab moral yang harus di emban oleh setiap manusia. Hal tersebut merupakan sebuah upaya dalam membentengi diri dari (penyakit hati) ghibah, namimah, maupun fitnah. Karena pada hakikatnya apa yang dikeluarkan oleh lisan merupakan hasil dari olah rasa dan fikir manusia. Maka apabila manusia mampu menjaga hati maka lisanpun akan terjaga dari perkataan yang buruk.

Lalu mengapa semakin kesini kita mudah menemukan orang-orang yang belum mampu menjaga lisannya dalam bertutur kata dengan santun, baik secara langsung maupun melalui media social?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu diperlukan fikiran yang jernih dan dilandaskan pada Ayat Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW, sebagaimana kutipan ayat dan hadits berikut ini:

Allah SWT berfirman di dalam surat Al Ahzab 33/70-71:

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ﴿٧٠ ﴾ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا ﴿٧١ ﴾ ( الاحزاب/33: 70-71)

Artinya :

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar. (Al-Ahzab/33:70-71).

Jika kalau kita melihat dan mendengarkan ayat diatas bahwa pentingnya kita menjaga lisan dan hati kita dihadapan agaar tidak berkata-kata dengan bahasa mubasir 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullâh,

Syekh Atabah Ibn Qolam menuturkan beliau dikenal sebagai seorang sufi yang hidup sederhana. Ia selalu berusaha menjaga hatinya dari penyakit-penyakit batin seperti iri, dengki, dan sombong. Selain itu, ia juga sangat berhati-hati dalam berbicara, memastikan setiap kata yang keluar dari lisannya membawa manfaat dan tidak menyakiti perasaan orang lain.

Dalam khazanah tasawuf Islam, terdapat banyak tokoh yang menjadi teladan dalam menjaga kesucian hati dan lisan. Salah satunya adalah Atabah Ibn Qolam, seorang sufi yang dikenal karena ketakwaannya dan kemampuannya menjaga ucapan serta hatinya dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Meskipun informasi mengenai kehidupannya tidak banyak terdokumentasi, namun kisah-kisah yang ada memberikan pelajaran berharga bagi kita semua.

Kehidupan Atabah Ibn Qolam: Keteladanan dalam Kesederhanaan

Atabah Ibn Qolam dikenal sebagai seorang sufi yang hidup sederhana. Ia selalu berusaha menjaga hatinya dari penyakit-penyakit batin seperti iri, dengki, dan sombong. Selain itu, ia juga sangat berhati-hati dalam berbicara, memastikan setiap kata yang keluar dari lisannya membawa manfaat dan tidak menyakiti perasaan orang lain.

Suatu ketika, seorang murid bertanya kepadanya tentang bagaimana cara menjaga hati dan lisan agar tetap suci. Atabah menjawab, “Hati adalah cermin jiwa. Jika cermin itu kotor, maka pantulannya pun akan buram. Bersihkan hatimu dengan dzikir dan ibadah, maka lisanmu akan terjaga dari ucapan yang sia-sia.”

Pelajaran Berharga dari Atabah Ibn Qolam

Dari kisah hidup Atabah Ibn Qolam, terdapat beberapa pelajaran yang dapat kita ambil:

1. Menjaga Hati dari Penyakit Batin

Atabah mengajarkan bahwa hati yang bersih akan memancarkan kebaikan dalam setiap tindakan kita. Dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat negatif, kita dapat mencapai ketenangan batin dan kedekatan dengan Allah.

2. Berhati-hati dalam Berbicara

Lisan adalah cerminan hati. Dengan menjaga ucapan, kita dapat menghindari konflik dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Atabah selalu menekankan pentingnya berpikir sebelum berbicara dan memastikan setiap kata yang diucapkan membawa manfaat.

3. Kesederhanaan dalam Kehidupan

Meskipun memiliki ilmu yang tinggi, Atabah memilih hidup sederhana. Ia menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta atau status, tetapi pada kedekatan dengan Allah dan ketenangan jiwa,dan ingat semua perkataan kita pasti ada yang mencatatnya sebagaimana dalam Firman Allah swt

Surat Qaf Ayat 18

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Arab-Latin: Mā yalfiẓu ming qaulin illā ladaihi raqībun ‘atīd

Artinya: Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

Ayat diatas jika ditafsirin secara Tahlilih maka maka dari itu ketika kita sholat pun setelah berkomnikasi dengan Allah sholat kita tak lupa pula diakhir salam kita memberikan salam para malaikat yang pencatat amal disebelah kanan dan kiri 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullâh,

Dalam fenomena kehidupan dunia kita pernah mencatat perbuatan jelek kita dan bahkan muncul dugaan prasangka buruk kita dihadapan Allah swt,kadang kala hati kecil ketika mendapatkam ujian kita tidak jaga hati selalu tidak terkontrol bahkan ketika qodarullah dan sunatullah kita bisa saja dengan kata-kata entang kok reski nya sedikit saja,bahkan sedikit tidak kok saya hidup sehaya inilah merupakan kurang menjaga hati ,maka dari itu Allah berfirman disurat Alquran fushshilat · Ayat 23

وَذٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِيْ ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ اَرْدٰىكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ ۝٢٣

wa dzâlikum dhannukumulladzî dhanantum birabbikum ardâkum fa ashbaḫtum minal-khâsirîn

Itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu. (Dugaan) itu telah membinasakan kamu sehingga jadilah kamu termasuk orang-orang yang rugi.Dan sungguh itulah dugaan buruk-mu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhan yang telah berbuat baik kepada-mu, dan sekarang ternyata dugaan itulah yang telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk dalam kelompok orang yang rugi,

Selain itu seorang ulama karismatik yakni

Delapan perkara itu adalah sebagai berikut: 

Pertama, kita diajak Imam al-Ghazali untuk senantiasa menjaga lisan dari berbohong. Baik dalam keadaan serius maupun bercanda. Bahkan, beliau memberikan saran supaya tidak terlalu membiasakan diri bercanda dalam keadaan berbohong. Hal ini dikarenakan bisa jadi nantinya ketika dalam keadaan serius, kita akan berbohong pula.

Kedua, Imam al-Ghazali berpesan supaya kita tidak mengingkari janji. Bahkan menurut beliau, sebisa mungkin ketika berkomunikasi dengan orang lain, jangan sampai muncul janji. Sebisa mungkin. Dalam hal ini beliau menawarkan satu pesan Nabi Muhammad sebagaimana berikut,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مُنَافِقٌ وَإِنْ صَامَ وَصَلَّي مَنْ إِذَا حَدَثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائتُمِنَ خَانَ

Artinya: Tiga perkara jikalau terkumpul pada diri seseorang, jelas dia adalah orangh munafik (meski raganya puasa dan salat). Tiga perkara tersebut adalah ketika seseorang berkata jelas dia berbohong, ketika janji mengingkari dan ketika diberi kepercayaan jelas dia akan mengingkari.

Ketiga, adalah ghibah. Secara sederhana, ghibah berarti engkau membicarakan seseorang mengenai sesuatu yang ia tidak sukai jikalau ia mendengarnya. Tidak hanya diucapkan, bahkan kita diberi pesan untuk senantiasa menghindari “diam” (tidak melakukan ghibah), namun di hati kita rela dan merasa itu benar. Jelas ini tidak bisa dibenarkan. 

Dalam hal ini Imam al-Ghazali berkata:

وَالغِيْبَةُ أَشَدُّ مِنْ ثَلاَثِيْنَ زَنِيَةً

Artinya: Ghibah itu lebih buruk daripada tiga puluh wanita pezina

Keempat, berdebat dengan khalayak umum. Mengapa Imam al-Ghazali melarang hal demikian? Hal ini dikarenakan, dengan kita berdebat, jelas akan ada hati orang lain yang tersakiti. Jika kita menang, jelas akan ada sedikit bahkan banyak rasa sombong yang menyelimuti. Imam al-Ghazali berkata:

أَنَّ المِرَاءَ سَبَبُ المَقْتِ عِنْدَ اللهِ وَعِنْدَ الخَلْقِ

Artinya: Jelas perdebatan adalah faktor utama di mana Allah dan sesama makhluk begitu marah.

 Sekarang banyak Fenome-fenomena di media publik selalu berdebat hanya gegara Nasab,hanya gegara kedudukan dan status,bahkan saling mempertanyakan keislaman satu sama lain ada apa demgan keimanan kita 

Kelima, memuji-muji diri sendiri atas dasar kagum bahwa jiwanya telah merasa suci dari segala bentuk kemaksiatan. Hal ini janganlah sampai terjadi. Jangan sampai, lisan kita senantiasa melakukan hal tersebut. Inilah adalah pesan Imam al-Ghazali. Beliau berkata:

أَنَّ ذَلِكَ (تَزْكِيَّةَ النَفْسِ) يَنْقُصُ مِنْ قَدْرِكَ عِنْدَ النَّاسِ وَيُوْجِبُ مَقْتَكَ عِنْدَ اللهِ

Artinya: Perbuatan di atas akan mengurangi nilai kamu di mata manusia. Dan juga, akan menjadikan marah di mata Allah.

 Dimana kala banyak ulama Dimedia sosmed saling mengumpat lebih mementing bahwa saya yang paling suci,dan paling benar bahkan muncul saling mengklem kafir mengkafirkan ini merupakan hal akhlak buruk 

Keenam, laknat. Imam al-Ghazali berpesan, jangan sampai mulut kita melaknat orang lain. Secara sederhana, melaknat berarti menjauhkan seseorang dari rahmat Allah. Dan hal ini yang mungkin hari ini sering terjadi. Bahkan, ketika orang lain berstatus non-muslim, kita jangan sampai melaknat dia.

Misalnya, ada fulan non-muslim. Lalu kamu berkata kepada orang lain yang ada di sekitarmu, di hadapan fulan tersebut: Semoga Allah senantiasa melaknat fulan non-muslim. Perkataan demikian dilarang, karena bisa jadi, di masa akhir hidup si fulan, dia bertobat, masuk Islam lalu menjadi hamba yang dekat dengan Allah.

Hal ini tidak hanya berlaku pada sesama manusia, namun juga misalnya ke makanan, hewan dan lain sebagainya. Misalnya, ada satu riwayat dari Nabi Muhammad: “Tatkala Nabi ditawari makanan, maka ketika beliau ingin, beliau makan. Jika tidak, beliau akan meninggalkannya (tanpa disertai mencela makanan tersebut).”

Ketujuh, mendoakan orang lain yang tidak baik-baik. Misalnya mendoakan orang lain supaya kecelakaan saat berkendara. Imam al-Ghazali berpesan, supaya misalnya ketika kita dizalimi, maka jangan sampai doa jelek keluar dari mulut kita. Cukup kita pasrah kepada Allah, supaya Allah yang memberikan jalan keluar.

Kedelapan, bercanda yanag melewati batas nilai agama, saling ejek, olok dan meremehkan orang lain. Imam al-Ghazali berpesan jangan sampai mulut kita mengeluarkan hal-hal negatif yang demikian. Hal ini jelas, karena efek negatif yang muncul sangat luar biasa. Tidak hanya bagi diri kita sendiri, namun juga orang lain.

Imam al-Ghazali berkata:

وَهُوَ مَبدَأُ اللَجَاجِ وَالغَضَبِ وَالتَصَارُمِ

Artinya: Perbuatan di atas adalah awal dari segala jenis pertikaian, permusuhan, kemarahan, dan faktor utama terputusnya jalinan kasih sayang antar sesama teman.

Demikianlah delapan pesan moral tentang lisan dari Imam al-Ghazali untuk kita. Untuk menutup catatan kali ini, kiranya penulis akan mencantumkan satu doa Nabi Daud mengenai pentingnya menjaga lisan sebagaimana berikut:

اللَهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ لِسَانًا ذَاكِرًا وَقَلْبًا شَاكِرًا وَبَدَنً صَابِرًا وَزَوْجَةً تُعِيْنُنَيْ فِيْ دُنْيَايَ وَأَخِرَتِيْ

Artinya: Wahai Tuhan! Aku minta kepadamu lisan yang senantiasa berzikir kepada-Mu. Hati yang semangat bersyukur. Fisik tubuh yang senantiasa bersabar menahan melakukan segala bentuk kemaksiatan. Istri yang bisa membantuku dalam perkara dunia dan akhirat.

Hadiran hadirat sidang jumat yang dirahmati oleh Allah

Lisan yang tajam, bisa menusuk jantung hati dan Perkataan yang salah, dapat merusak amalan kita dan jaga lisan kita agar jangan berkata sesuka hati,

Karena setiap ucapan, ada hikmah di baliknya. Itu 

Hal ini seiring dengan disabdakan oleh nabi Muhammad yaitu:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمَ الْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau lebih baik diam.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Hati yang bersih, penuh cahaya,Hati yang kotor, penuh kegelapan.Bersihkan hati kita dari segala noda-noda yang mengelabui diri ini Perbuatan yang baik, membawa keberkahan,dan Perbuatan yang buruk, membawa kebinasaan.yang kita ahli memreproduksi kitab para ulama dengan hafalan kuat dan tahu membaca ,namun ketika hati masih terhampiri debu-debu iri,dengki,hayut,siapa lagi goe..hapus lah itu semua karena itu semua penghalang ilmu tauhid dan menggapai pendekatan pada Allah swt , Pesan terakhir adalah ingatlah Allah dari setiap langkahmu ,dan Mengingat Allah, dalam setiap perbuatan.Berzikir setiap saat dan bertobat, dan selalu mendekat,Agar kita selalu dalam lindungan Allah.”aamiin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ

اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا

اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

Penutup Khutbah 

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Berita Terkait